Kinayah : Pertengkaran dua bocah

Suatu siang sepulang sekolah, Erma dan Yanti berlari menuju rumah Kinay. Nafas mereka tersengal-sengal hingga mereka harus berhenti sebentar tepat di depan rumah sebelum akhirnya berteriak.

" Nay, Kinay! " teriak Erma.
" Nay, ayo keluar. Deni sedang bertengkar dengan Adi " kali ini Yanti yang mengatakan.

Kinay yang sedang makan segera keluar. " Hah, Deni bertengkar? "
" Iya. Dengan Adi. Ayo kita harus melerai "
" Kenapa tidak kalian lerai sedari tadi? " tanya Kinay keheranan.
" Disana ada beberapa anak laki-laki dan mereka melarang kami mendekati "

Mereka bertiga segera bergegas berjalan menuju tempat yang ditunjukkan Erma. Sesampai disana, Kinay melihat Deni adiknya, badannya basah semua dan belepotan kehitaman terkena air comberan.

Rupanya telah terjadi perkelahian antara Deni dan Adi, dan akhirnya Adi mendorong Deni masuk ke got atau parit kecil yang airnya hitam dan kotor.

Melihat itu Kinay langsung mendekati Adi. " Apa yang telah kau lakukan Adi? Kau mendorong adikku masuk comberan ya? "

" Deni duluan yang memukul aku " kemudian Adi segera berlalu dari tempat itu.

Sementara Deni sudah pulang duluan menuju rumah. Ibu terkejut juga melihat Deni dalam keadaan seperti itu. Kemudian Ibu membawa Deni ke sumur dan memandikan sampai badannya bersih kembali.

Sementara Kinay masih belum pulang ke rumah. Dia bersama Erma dan Yanti masih membicarakan kejadian itu.

" Adi memang keterlaluan. Mentang-mentang orang tuanya cukup berada jadi semena-mena. Lagipula Deni itukan teman sepermainannya, kenapa waktu bertengkar harus mendorong ke comberan segala? Ah, dia memang anak nakal " kata Erma panjang lebar.

" Awas kalau ada kesempatan akan kubalas dia " kata Kinay sambil menahan kemarahan.
" Mau kau balas bagaimana, Nay? Memangnya kau tidak takut dengan neneknya yang sangat galak itu? " tanya Yanti membelalakkan mata.
" Lihat saja nanti. Aku pulang dulu ya, nanti ibu mencariku " Kinay segera pulang.

Di rumah Deni sudah berganti baju bersih, sementara ibu hendak kembali ke sumur untuk mencuci baju Deni yang kotor tadi.

" Bu, ayo laporkan saja perbuatan Adi pada ibunya supaya dia dimarahi " kata Kinay kepada ibu.
" Ah tidak usah, namanya juga anak-anak, bertengkar itu sudah biasa Nay "
" Tapi kalau mendorong ke comberan itu sudah keterlaluan bu "
" Sudahlah, Deni saja yang didorong tidak menangis, besok pasti mereka sudah bermain bersama lagi " kemudian ibu meninggalkan Kinay yang masih menahan kemarahan.

Kinay tahu mengapa ibu tidak mau melaporkan perbuatan Adi kepada ibunya. Karena orang tua Adi adalah orang yang lumayan kaya di daerah mereka. Ayah Adi mempunyai beberapa petak ruangan yang dikontrakkan dibelakang rumah mereka. Selain itu ibu Adi juga baik dan sering memberi sesuatu kepada keluarga Kinay. Mungkin ibu sungkan kalau mau melaporkan Adi kepada ibunya.

Tapi lihat saja Adi, meskipun hari ini kami membiarkanmu berbuat seenak sendiri tapi kalau kau ulangi lagi aku sendiri yang akan melaporkanmu kepada ayah dan ibumu. Batin Kinay menggebu.

*****

Sejak kejadian itu, Kinay selalu mengamati apabila Deni sedang bermain bersama Adi. Benar juga kata ibu karena keesokan harinya Deni dan Adi sudah bermain bersama lagi seolah tidak pernah ada kejadian yang istimewa. Mungkin Deni sudah lupa bahwa Adi pernah mendorongnya ke comberan ketika kemarin mereka bertengkar.

Tetapi Kinay belum bisa melupakan peristiwa itu. Kinay akan secara diam-diam berada tidak jauh dari mereka. Kinay akan selalu waspada apabila sewaktu-waktu Adi menyakiti adiknya maka dia akan segera berlari mendekati Adi dan membalas perbuatannya.

Saat itu Deni, Adi dan beberapa teman sedang bermain di halaman rumah Adi yang lumayan luas. Mereka sedang bermain bersama anak-anak ayam Adi yang kebetulan baru menetas. Deni sangat menyukai ayam namun berhubung ayah tidak mempunyai ayam sendiri, maka Deni sudah sangat senang apabila diijinkan Adi untuk bermain bersama ayam-ayam kecilnya. Induk ayam itu ditempatkan pada sebuah kurungan dan anak-anaknya dibiarkan berkeliaran.

Tidak jauh dari tempat mereka tampak nenek Adi sedang duduk di beranda sambil terus mengamati anak-anak ayam yang sedang berkeliaran di halaman. Ayam-ayam Adi semuanya adalah milik neneknya. Orang-orang sekitar memanggil nenek Adi dengan sebutan Nyai Din. Nyai Din sangat tegas terhadap anak-anak dan tidak sungkan-sungkan memarahi mereka apabila berbuat kesalahan. Sebab itulah anak-anak sangat takut padanya.

Ketika sedang bermain, tiba-tiba salah seorang teman Deni yaitu Agus  berteriak :
" Waaa ayamnya mati!. Kau memeganga terlalu kuat Den, lihat sekarang ayam ini mati " Agus melihat kearah tangan Deni yang masih memegang seekor anak ayam, tapi sudah tidak bergerak lagi.

Mereka saling berpandangan dan semua mata kini menatap kearah Deni. Demi mendengar keributan itu Kinay segera mendekat, dia bersiap-siap apabila tiba-tiba Adi akan menyerang adiknya. Tanpa disangka-sangka Nyai Din juga mendekat karena juga mendengar teriakan Agus.
" Ada apa  ini? Mengapa tadi ada yang berteriak? " tanya Nyai Din begitu sampai di depan mereka.

Mereka semua terdiam. Kinay yang baru sampai disana juga terdiam, dilihatnya Nyai Din menatap mereka satu per satu dengan pandangan menyelidik. Deni tampak mengatupkan lagi tangannya yang masih menggenggam anak ayam yang sudah mati itu karena takut ketahuan.

" Tadi siapa yang mengatakan ayamnya mati? " Nyai Din mulai membungkuk mendekatkan tubuh tuanya kearah ayam-ayam itu dan mulai mengitung. Tentu saja jumlahnya kurang satu. Nyai Din sangat hafal berapa jumlah ayam-ayamnya karena setiap hari selalu menghitung sehingga apabila berkurang satu saja pasti dia akan menyadarinya.

" Kenapa anak ayamnya kurang satu? Dimana yang satu? " Nyai Din bertanya berkali-kali.

Mereka semakin ketakutan karena sebentar lagi Nyai Din akan marah besar. Deni semakin menunduk dan nyaris tak berani bergerak. Kinay yang sudah menyadari apa yang telah terjadi juga ikut-ikutan diam. Dia sangat khawatir karena kali ini pasti Nyai Din akan sangat marah pada adiknya.

" Deni yang melakukan, Nyai " kata Agus tiba-tiba. Suaranya tidak terlalu keras tapi mereka yang berada disitu pasti bisa mendengar dengan jelas.

Nyai Din langsung mengarahkan pandangannya kearah Deni dan dengan perlahan mulai mendekati, "Benar kau yang telah membunuh anak ayam itu Deni? " suara Nyai Din tepat ditelinga Deni.

Deni seketika gemetar dan tidak berani mendongakkan kepala. Kinay merasa sangat kasihan melihat adiknya tetapi dia tidak bisa menolongnya. Dia tahu saat ini ayam kecil itu masih berada ditangan kiri Deni, dan sudah mati.

" Bukan Deni yang membunuhnya tapi aku, Nyai "

Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan hal yang mengejutkan. Dan itu adalah suara Adi, " Ini anak ayamnya, Nyai. Maaf aku tadi telah menggenggamnya terlalu erat " Adi mengulurkan tangannya dan ketika tangan itu dibuka anak ayam itu tergeletak disana sudah tanpa nyawa.

Rupanya ketika Nyai Din sedang menghitung ayam-ayamnya tadi, secara diam-diam Adi mendekati Deni dan mengambil anak ayam yang sedang digenggam Deni.

Nyai Din mendekati Adi dan tentu saja tetap memarahinya, meskipun bisa diduga bahwa kemarahan Nyai Din terhadap Adi tidak akan lebih galak dibanding apabila memarahi Deni.

Anak-anak yang berada di sekitar tempat itu langsung bubar ketika Nyai Din menyuruh mereka untuk pulang kerumah masing-masing.

*********************

Sejak kejadian itu pandangan Kinay terhadap Adi mulai berubah. Dia sadar bahwa selama ini telah berprasangka buruk terhadap teman adiknya itu. Dia mulai mengerti bahwa hubungan pertemanan itu sangat unik, bahwa suatu kali mereka bisa bertengkar dengan hebat tetapi besoknya mereka bisa saling melindungi dengan luar biasa.

Dan ketika Kinay menceritakan kejadian itu kepada ibu, ibu langsung menasehati Deni supaya lain kali kalau bermain dengan hewan harus lebih hati-hati, apalagi hewan itu masih kecil. Mereka harus disayangi dan dilindungi. Denipun mengangguk mengerti dan berjanji lain kali akan lebih berhati-hati.


" Tulisan ini diikutsertakan dalam #FirstGiveawaCeritaAnak "


Komentar

  1. Wahhh bagu banget. Itulah persahabatan yan kadang tak pernah kita sadari. :)

    BalasHapus
  2. Anak2 sering seperti itu, hari ini berantem, besok lupa, bermain bersama lagi..

    ngomong2, Nyai Din galak amat :3

    BalasHapus
  3. Good boy adi! Endingnya nggak di sangka mb... Semoga menang... Mb anjar makin produktif lho... * termotivasi aku, soalnya jarang update skrng

    BalasHapus
  4. seperti biasa ceritanya bagus Mbak Anjar *jempol*
    anak-anak memang tidak mengenal dendam yah Mbak, walau berantem tapi besoknya pasti baikan lagi :)

    BalasHapus
  5. Akhirnya Kinay menyadari tak baik berburuk sangka :)

    BalasHapus
  6. walau masih anak-anak ada rasa saling melindungi ya mbak. Good luck ya mbak GA nya. Aku meluncur ah pingin lihat syaratnya. KAngen BW nih maaf baru bisa mampi

    BalasHapus
  7. Waw muantappp juga nih ceritanya karena kita bisa mengambilkan hikmah dalam cerita ini.

    BalasHapus
  8. keep posting gan semangat hehe, kunjungan di sore hari, ditunggu kunjungan baliknya

    BalasHapus
  9. teman memang gitu hihi, klo lagi emosi bisa pol polan ya mbak, tapi klo dah baekan so swit lagi deh :)

    BalasHapus
  10. Pertengkaran itu bisa dibilang bagian dari proses yang mendewasakan seseorang ^_^

    BalasHapus
  11. makasih info GA nya mba, buat belajar bikin cerita anak

    BalasHapus
  12. Dan saya pun yang usianya jauh lebih tua mengambil pelajaran dari ini, bahwa tak baik berburuk sangka, apalagi dendam. Makasih banyak ya, Mbak :)

    BalasHapus
  13. sangat bahaya berburuk sangka terhadap orang lain, karena membuat silaturrahmi antara sesama manusia menjadi pecah :)

    BalasHapus
  14. Pertengkaran di antara teman kayak-kayak gitu Mbak, suatu hari bertengkar besoknya bisa saling melindungi... Iya bener unik ya Mbak, kenapa kayak gitu ?? hehehehe :)

    BalasHapus
  15. Disadur dari kisah nyata sendiri ya mba.. Fiktif or non fiktif, good luck GA nya, semoga menang. Amin

    BalasHapus
  16. Suka lucu deh kalau ada anak kecil berantem gitu tapi tetap masih berteman beda banget berantemnya orang dewasa eh malah saling sindir dan berjauhan hahah

    BalasHapus
  17. ceritanya menyentuh banget mbak

    BalasHapus
  18. Ini kisah nyata atau bukan mbak...
    kok kayaknya beneran yak
    sering juga anak2 ngadu bertengkar tapi udah gitu baikan lagi ..

    BalasHapus
  19. Anak-anak seringkali lebih dewasa dr orang tuanya ya MBak. Mereka bs lebih mudah memaafkan, ktimbng yg org dewasa (lbh suka miara gengsi) yang susah utk berbesar hati minta atau memberi pemaafan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minum Langsung Dari Gelasnya

Kinayah : keriting di salon!

Kinayah : Kartinian